Apakah menyesal beli sepeda listrik? Kadang terlintas di pikiran saya tentang pertanyaan tersebut. Hal ini dipicu setelah saya mengulas kelebihan dan kekurangan sepeda listrik yang saya posting sebelumnya. Mata saya baru terbuka lebar soal keuntungan dan kerugian memiliki e-bike ini setelah membeli dan memakainya. Jujur perasaan saya sebelum dan sesudah membeli sepeda listrik itu ada sedikit berbeda.
Sebelum membeli, saya merasa sepeda listrik begitu mempesona, semacam barang impian yang suatu hari ingin saya beli. Soalnya pada waktu itu, yang terbayang di pikiran saya hanyalah yang bagus-bagus dan enak-enak saja.
Setelah saya membeli, saya merasa memiliki sepeda listrik ini seperti memiliki sebuah tantangan sehingga saya bertanya pada diri saya apakah menyesal beli sepeda listrik tersebut. Begitu sepeda listrik sampai, saya merasa nervous dan kadang perasaan saya tidak menentu. Antara senang dan khawatir bercampur jadi satu. Satu sisi saya happy bisa mengendarai dan satu sisi terkadang jadi beban kepikiran. Padahal sebenarnya kan harus happy saja ya. Saya merasa memiliki beban pikiran karena :
1. Muncul perasaan mungkin saya agak terlalu cepat membeli
Sebenarnya tujuan utama saya membeli adalah untuk mengantar anak pergi sekolah TK. Selain itu, juga agar saya mandiri punya tranportasi sendiri. Bisa pergi ke pasar, ke warung dan lainnya. Nah, anak saya itu rencana masuk sekolahnya tahun depan atau sekitar 8-9 bulan lagi. Hanya saja mungkin kemaren, saya melihat diskon besar di Shopee akhirnya jadi membeli.
Yup, saya dapat diskon produk sekitar Rp 300.000 dan juga diskon pengiriman sekitar Rp 250.000. Jadi modal beli aepeda listriknya jauh lebih murah dibandingkan dengan beli langsung offline di tempat saya tinggal. Di sini dijual sekitar 5 jutaan dan saya beli di Shopee hanya sekitar Rp 3,6 juta.
Dorongan dapat diskon tersebut yang membuat saya membeli lebih cepat dari jadwal anak masuk sekolah. Nanti juga mau beli kenapa gak sekarang saja mumpung ada diskon gede gitu. Saya bisa belajar dulu bonceng anak biar tidak kagok dan terbiasa. Itu yang ada dipikiran saya waktu itu.
Namun, setelah sepedanya di tangan, saya jadi berpikir apakah akan baik-baik saja ya sampai 8 bulan lagi anak saya sekolah dan sampai dia masuk SD? Kalau rusak sebelum anak saya masuk sekolah gimana, keluar duit lagi buat beli kendaraan? utuhnya buat 8 bulan lagi. Pikiran ini muncul setelah saya membaca pengalaman orang yang baru beli 1 bulan, 5 bulan, 3 bulan sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi.
2. Ada beberapa hal yang tidak saya pahami soal sepeda listrik terutama indikator-indikatornya
Waktu awal saya memakai keluar tanda warna merah dan membuat saya khawatir. Saya tanyakan pada penjual katanya itu normal. Nah, saat saya cari tahu informasi ternyata ada beberapa tanda indikator pada sepeda listrik dimana menandakan terjadi sesuatu pada sepedanya. Tanda tersebut bisa jadi normal, kerusakan ringan maupun berat.
Berhubung saya masih awam jadi ya perasaan jadi gimana gitu. Belum lagi tidak ada tempat servisnya dikota saya. Kalau muncul indikator-indikator gimana solusinya? Kan saya jadi bingung guys.
3. Kadang dihantui rasa parno
Hal ini karena pada malam hari sepeda listrik diparkir di dalam rumah. Lebih tepatnya di ruang tengah dimana anak dan suami jug tidur disana. Tak hanya sepeda listrik, motor pun disana. Pas kemaren saya membaca ada sepeda listrik meledak karena di cas di ruang tengah yang ada kasur dan menyebabkan kebakaran hebat, saya jadi ketakutan sendiri. Kadang malam hari mata saya susah dipejam. Bagaimanapun sebenarnya ya sebaiknya tidak satu kamar dengan kendaraan.
Entah itu sepeda listrik atau motor, keduanya sama-sama ada potensi konslet dan meledak. Hanya saja saat ini kontrakan kami memang tidak ada garasinya dan agak kecil. Jadi ya terpaksa tidur bareng dengan sepeda listrik dan sepeda motor. Saya berharap kedepannya bisa diupayakan agar sepeda listrik memiliki tempat sendiri dan terpisah dengan ruang tidur kami.
4. Kadang merasa memiliki kerepotan baru
Mengapa sebelumnya saya bilang begitu sepeda sampai malah seperti sebuah tantangan? Tidak seindah sebelum memiliki? Karena saya harus ektra menjaga dari cuaca apalagi lagi musim hujan. Jika ditaruh di teras maka siang hari sangat panas sementara sepeda listrik disarankan tidak boleh kena panas langsung. Ditaruh di halaman dekat bawah payung peneduh juga kurang muat, masih harus ditutup sama cover pelindung. Jika hujan lebat sampai malam jadi susah masukin sepeda ke dalam.
Tak hanya itu, juga butuh ekstra menjaga dari jangkauan anak-anak saya yang masih kecil. Ada saja tingkahnya yang kadang tidak diduga misalnya masukin batu ke dalam lubang knalpot motor ayahnya. Ya wajar saya juga khawatir nanti sepeda diapain. Ada ibu-ibu yang curhat di youtube kalau sepedanya rusak karena anaknya masukin koin ke dalam ubang cas. Kadang saya merasa hal-hal ini adalah sebuah keribetan dan kesibukan baru.
Walau beberapa daftar diatas kadang muncul pikiran saya yang membuat kurang nyaman, tetapi jika ditanya apakah menyesal beli sepeda listrik saya rasanya juga tidak menyesal-menyesal amat. Entah mengapa sampai di hari ini, saya juga belum ada berencana menjual sepeda listrik yang sudah saya beli tersebut. Ini bisa dibilang tanda kalau rasa penyesalan saya tidak begitu dalam atau besar. Hanya sedikit rasa sesal yang muncul tatkala teringat poin-poin diatas saja alias bersifat sementara atau masih bisa saya usahakan solusinya.