Pada kesempatan ini saya ingin menjawab pertanyaan kenapa orang sering rugi dalam trading saham? Saya ingin menjawab sesuai pengalaman saya sendiri yang sudah 3 tahun lebih jungkir balik belaja pasar modal khususnya saham. Ya, bisa dibilang saya masih pemula dan tentu saja saya pernah melakukan beberapa kesalahan yang membuat saya mengalami kerugian. Apa saja? Yuk simak informasi dibawah ini sampai selesai.
1. Ingin Kaya Instan
Hal pertama yang sering kenapa orang sering rugi dalam trading saham adalah karena terbuai angan cepat kaya. Jadi berangan-angan saham akan mendatangkan banyak keuntungan sehingga kegiatan trading sahamnya krusa krusu alias tidak dengan tenang. Mindset yang sering bercokol pada sebagian besar orang adalah bagaimana mendapatkan kekayataan tanpa susah payah. Mau dapat uang dalam waktu singkat dan dengan jalan pintas. Ini juga yang pernah saya miliki. Mindset inilah yang sering menghancurkan keuangan karena pasar saham tidak pernah menjanjikan akan membuatmu kaya raya dalam waktu singkat.
Berapa banyak orang yang terjebak dalam anggapan bahwa hasil trading saham adalah solusi untuk membayar utang, solusi untuk membeli rumah, solusi untuk membeli kendaraan, solusi untuk membayar biaya sekolah anak dan sebagainya. Hey, bermimpi boleh tapi jangan berlebihan. Jangan sampai terbuai oleh mimpi karena membaca berita kalau ada orang kaya raya berkat saham. Mereka membangun kerajaan bisnis sahamnya dalam waktu lama dan telah menghabiskan ribuan jam untuk mempelajari ilmu saham.
2. Tidak Menggunakan Uang Dingin
Saking terbuai mimpi bakal mendapatkan banyak uang dari trading saham dalam waktu cepat, seseorang bahkan berani memakai uang pinjaman untuk modal trading. Saya dulu juga pernah melakukan kesalahan ini yang menyebabkan saya kehilangan uang sekitar Rp 3.500.000. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga. Saya berpikir saham yang saya beli pasti akan naik dan untung dalam beberapa bulan saja sehingga saya memakai uang buat biaya umrah suami untuk trading.
Ternyata oh ternyata, sudah hampir setahun saham tersebut tak kunjung naik lantaran saya salah strategi. Yup, membeli di harga pucuk yang bahkan sudah 2 tahun masih belum kembali naik lagi harganya. Terpaksalah waktu itu saya jual rugi karena suami sudah mau daftar umrah dan harus segera berangkat. Kerugian totalnya Rp 3.500.000, Rp 1.000.000 kerugian diambil dari modal dan Rp 2.500.000 kerugian ditutupi dari hasil dividen saham tersebut.
3. Beli dan Jual Karena Takut Ketinggalan
Di awal-awal masuk ke pasar saham, saya benar-benar selalu diliputi kecemasan. Saya masuk dalam kategori FOMO atau takut ketinggalan kereta. Ketika saya melihat orang membeli besar-besaran, saya kemudian membeli. Ketika saya melihat orang menjual besar-besaran saya juga menjual. Begitu saya saksikan sebuah saham naik berhari-hari, saya akan beli dengan harapan akan naik lebih tinggi. Tahu-tahu ternyata saya kemudian sudah terjebak saja beli di harga All Time High atau di harga tertinggi 😀
Disamping itu, jika diingat-ingat saya juga sering terpengaruh sama analisa-analisa dan berita-berita. Ya akibatnya kena jebakan pompom saham, inilah salah satu penyebab kenapa orang sering rugi dalam trading saham menurut saya terjebak pada rekomendasi saham yang salah. Membaca berita sih boleh-boleh saja tetapi sebagai pembaca harus memiliki analisa tidak serta merta telan mentah-mentah saja ya guys. Terkadang apa yang ada di berita yang terjadi justru kebalikannya. Pada saat diberita dikatakan harga anjlok, keuangan jelek dan sebagainya, bisa saja pada saat itu bandar sedang melakukan penjualan atau pembelian.
4. Tidak Punya Keyakinan Sendiri
Salah satu kesalahan yang membuat saya sering rugi adalah tidak percaya pada diri sendiri. Saya tidak memiliki keyakinan pada saham yang saya beli karena minimnya ilmu akan saham tersebut. Orang bilang prospeknya bagus ya saya berpikir juga bagus, namun bagusnya di bagian mana saya tidak pernah menggali. Jadi ya seperti kata orang seperti membeli kucing dalam karung. Membeli tanpa mengetahui apa dan bagaimana sahamnya.
Hal yang paling parah adalah saya pernah juga masuk dalam grup trading saham dimana saya menunggu instruksi saham apa saja yang sebaiknya di beli hari ini. Saking tidak memiliki keyakinan sendiri, saya menunggu orang lain untuk memberikan pilihan apa yang sebaiknya saya beli. Jika sekiranya saya mendalami ilmu saham dan belajar analisa-analisa seperti fundamental dan analisa teknikal tentu saya akan menjadi trader saham mandiri. Tidak bergantung dengan analisa orang lain.
5. Tidak Punya Kesabaran
Belum lama ini saya membaca sebuah berita, Lo Kheng Kong salah satu milyader sukses di tanah air mengatakan bahwa sukses di pasar saham hanyalah untuk orang yang sabar. Menurutnya, di pasar saham itu terdapat harta karun dan sayangnya hanya orang-orang yang sabar yang bisa mendapatkannya. Pasar saham menurut Lo Kheng Kong adalah tempat berpindahnya uang dari orang yang tidak sabar kepada orang yang sabar.
Saya seringkali dulu mengalami hal ini. Lantaran memakai modal pinjaman untuk trading, terjebak iming-iming cepat kaya dan tidak punya analisa sendiri membuat saya tidak punya kesabaran dalam jual beli saham. Begitu hijau sedikit, langsung saya jual. Tidak tahunya cuma selang beberapa hari ternyata saham naik jauh lebih tinggi. Jika saya sabar tentu akan memetik cuan yang lebih besar. Sebaliknya, jika harga saham merah saya juga tidak sabar dan ingin cepat-cepat cutloss. Tidak tahunya penurunan hanya terjadi dalam beberapa minggu saja, bulan depan sudah naik lagi. Jika saya sabar menghadapi floating loss, tentu saja tidak perlu rugi dengan melakukan cut loss.
***
Nah, demikianlah jawaban saya berdasarkan pengalaman sendiri kenapa orang sering rugi dalam trading saham. Saya belajar banyak dari kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan tersebut. Hari ini, saya bersyukur saya sudah memiliki keyakinan sendiri tentang saham yang saya beli sehingga resikonya bisa diminimalisir. Saya juga sudah memiliki rencana sendiri kapan saya akan membeli dan kapan saya akan menjual. Kapan waktu saya bisa mengambil keuntungan.
Pasar saham kurang lebih memiliki dua sisi seperti mata uang, sisi yang satu rugi dan sisi satu lagi untung. Namun, untung rugi saham tidaklah sama dengan judi yang hanya tinggal menebak. Dalam judi kalau tebakan benar maka untung, kalau salah maka rugi. Kenapa orang sering rugi dalam trading saham karena mereka memperlakukan trading saham seperti di meja judi. Di dalam saham, menurut saya kerugian terbesar disebabkan oleh psikologis dan kemampuan diri sendiri. lmu investasi yang belum mumpuni membuat orang trading dengan cara tebak menebak padahal trading saham itu membutuhkan ilmu yang dikenalkan dengan analisa fundamental dan teknikal .[]