Cara menabung unik akhir-akhir ini banyak dicari informasinya. Mungkin sebagian orang sudah bosan dengan cara menabung seperti biasanya. Awalnya sih saya bingung apa yang dimaksud dengan membuat tabungan secara unik serta bagaimana caranya. Setelah saya pikir-pikir kata unik itu berarti berbeda dari kebanyakan. Dengan kata lain, tidak umum digunakan atau istilah kerennya anti mainstream.
Setelah saya pikir-pikir bahwa waktu saya kecil saya juga pernah menggunakan cara dan alat menabung tertentu. Namun, saat ini sudah jarang digunakan di zaman sekarang. Bahkan bukan jarang lagi tapi memang sudah tidak pernah ada keluarga dan saudara saya yang menggunakannya. Begitu juga dengan orang-orang di sekitar tempat tinggal. Nah, berikut cara menabung unik yang bisa menjadi inspirasi dan motivasi dalam menabung :
1. Menabung beras setiap kali memasak
Waktu saya sekolah setingkat SMP dulu, saya tinggal di asrama dan pulang sekali seminggu. Setiap habis pulang kampung biasanya membawa bekal beras dan lauk pauk. Uang jajan yang diberikan orang tua bisa dibilang sangat pas-pasan bahkan kekurangan sehingga tidak memungkinkan kalau menabung uang jajan. Untungnya ada cara menabung unik yang dilakukan oleh beberapa anggota asrama yaitu menabung beras.
Awalnya saya melihat kakak senior menabung beras. Saya pun tertarik dan mencoba hingga saya ketagihan. Caranya sangat mudah sekali, setiap mau masak nasi maka sisihkanlah beras sekitar segenggam tangan orang dewasa. Kemudian pisahkan beras tersebut ke dalam tempat khusus. Lakukan setiap hari, setiap kali masak nasi. Lama-lama akan terkumpul banyak. Jika sudah terkumpul maka beras sudah bisa dijual dan dijadikan uang.
Cara menabung unik dengan menyisihkan beras setiap kali mau memasak nasi ini bukan hanya saya saja yang melakukannya dulu. Orang tua saya juga pernah menggunakan cara ini di rumah. Kalau sekarang sudah tidak banyak yang memakai cara ini. Namun, di kampung saya masih ada namanya sumbangan beras. Beras tersebut kemudian dijual dan uang yang didapat digunakan untuk membiayai keperluan sosial masyarakat.
2. Menabung upah ala kelompok tani
Belum lama ini orang tua saya bercerita kalau di kampung kami ada namanya kelompok tani. Kelompok ini terdiri dari beberapa orang, ada ketua dan anggotanya. Hal yang membuat saya takjub dan heran adalah ternyata mereka selalu bersedia dipanggil untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Namun, mereka tidak meminta upah secara langsung saat itu juga. Upah mereka boleh dibayar nanti, yang jelas sebelum bulan puasa Ramadhan semua upah harus dicairkan.
Mereka kerja dulu dan upahhya kemudian. Dengan kata lain menabung tenaga mereka dulu. Alasan mengapa boleh dibayar kemudian karena mereka ingin mengumpulkan uang hasil kerja mereka. Mereka baru membutuhkannya menjelang bulan puasa buat belanja selama Ramadhan dan lebaran sebab pada bulan puasa mereka libur bekerja. Ibu saya bilang total tabungan upah yang berhasil mereka kumpulkan lumayan banyak hampir mencapai Rp 5.000.000. Mantap bukan?
3. Menabung buat daging lebaran
Lebaran rasanya tidak afdal kalau tidak memasak lauk pauk berbahan daging. Sayangnya, jumlah barang kebutuhan saat lebaran sangat banyak. Pengeluaran yang tinggi pun tidak bisa dihindari. Bagi yang memiliki budget dan penghasilan terbatas, tidak ada salahnya mencoba cara menabung unik yang satu ini. Yup, dengan menabung buat daging lebaran.
Saudara saya sudah beberapa tahun menjalani cara menabung ini. Dia bergabung dalam kelompok khusus menabung daging. Setiap anggota diwajibkan menyetorkan tabungan setiap bulannya. Ketika mendekati lebaran, pengurus kelompok mulai melihat-lihat harga satu ekor sapi. Uang hasil tabungan tersebut kemudian dibelikan sapi, dipotong dan dibagi rata untuk setiap anggota.
4. Menabung di loteng kamar
Sebenarnya cara menabung unik ini menurut saya lucu tapi benaran terjadi dan sukses. Mungkin ada orang yang tidak percaya dan ide ini mengada-ada. Namun, cara ini telah terbukti berhasil karena dilakukan oleh adik saya sendiri. Ceritanya loteng di rumah kami belum selesai semua dipasang terutama di kamar adik saya. Si adik masih sekolah setingkat SMA dengan uang jajan sekitar Rp 10.000 per hari. Jumlah ini tergolong pas-pasan bahkan kurang. Sebagian digunakan untuk menolong bayar bensin temannya karena adik saya tidak punya motor dan menumpang.
Dengan uang jajan sebanyak itu ternyata selalu disisihkannya. Pada hari libur sekolah atau setelah pulang sekolah, jika ada yang mengajak kerja dia pun bekerja seperti membantu orang panen di kebun, menolong bersih-bersih kebun dan lainnya. Bayaran yang diterima juga tidak banyak. Suatu ketika orang tua saya membutuhkan uang. Betapa kagetnya kami saat si adik mengeluarkan uang ratusan ribu. Heran darimana dia punya uang sebanyak itu. Ternyata selama ini adik saya diam-diam menabung di atas loteng kamarnya.
Agar tidak dimakan tikus, uang tersebut dimasukkan terlebih dahulu ke dalam botol aqua bekas. Setelah itu, barulah di letakkannya di atas loteng. Nanti jika mau menambah tabungan, dia naik ke loteng mengambil aqua, mengisinya lalu menaruh kembali di tempatnya. Kalau ingat cara dan semangat menabung adik saya ini, saya jadi termotivasi menabung.
5. Menabung di dalam saku baju
Beda lagi ceritanya dengan almarhumah nenek saya. Nenek saya tidak punya rekening sejak dulunya selama dia hidup. Kalau dipikir-pikir, saya belum pernah melihat nenek pergi ke bank atau ke ATM. Nenek meninggal di usia 76 tahun, generasinya memang tidak jarang bersentuhan dengan lembaga keuangan.Walaupun sudah tua, nenek saya alhamdulillah ada penghasilan dan selalu ada rezeki.
Bisa dibilang dia mandiri keuangan, belanja sehari-hari tidak ada dibantu anak-anaknya. Bahkan dia yang kadang membantu belanja anak dan cucunya. Jika punya rezeki biasanya membeli emas. Nah, sebagian uang ditabung dengan cara yang unik yaitu di dalam saku bajunya. Sebelum meninggal saya masih sempat melihat nenek saya mengeluarkan gulungan uang ratusan ribu dari saku bajunya. Namun, bukan sembarang baju melainkan di baju khusus. Saya benar-benar tidak mengira nenek bisa menyimpan uang seperti ini. Khusus untuk belanja sehari-hari nenek pisahkan sedikit uang di dalam dompet dan diletakkan di dalam tas.
6. Menabung di dalam buku
Jika nenek menyembunyikan tabungan di dalam baju khususnya, saya pernah mencoba menabung menggunakan buku. Cara menabung ini tidak ribet dan gampang. Alasan utama saya sih karena tidak mudah terlihat alias tersembunyi. Buku yang saya gunakan, saya pilih buku khusus kemudian saya letakkan bersama dengan buku-buku lainnya di rak buku. Jadi tidak kelihatan berbeda.
Oya, menabung dalam buku haruslah uang kertas. Jika tabungan sedikit tebal karena uang pecahan maka diganti dengan nominal besar biar halaman buku tidak menonjol dan tetap rata. Namun, cara ini cocoknya jika di rumah hanya keluarga saja dan tidak bergabung banyak anggota keluarga. Khawatir ada yang mau membaca buku dan mengambil langsung di rak. Khawatir buku tempat menabung yang dibaca. Kecuali, buku diletakkan di kamar pribadi sendiri dan dikunci.
7. Menabung di bawah tikar dan kasur
Cara menabung yang tidak kalang uniknya adalah menyimpan uang tabungan di bawah tikar dan kasur. Bapak-bapak dan emak-emak zaman dulu sering melakukan cara ini di rumah. Hanya saja ini sudah sedikit umum digunakan sehingga jadi mudah ditebak lokasinya.
Namun, kalau sudah punya kamar sendiri dan dikunci ya tidak masalah. Tetap bisa dicoba. Pilihlah lokasi di bawah kasur yang tidak terlalu mudah ditemukan. Tentunya ada bagian-bagian yang sedikit sulit untuk dibongkar dan diperiksa. Jangan lupa menandai dan mengingat lokasi karena takut lupa. Jika lupa menaruh disebelah mana malah jadi pusing sendiri.
9. Menabung dengan sedotan
Ini sih saya dapat ilmunya dari seorang emak-emak yang membahas cara menabung di chanel Youtubenya. Menurut saya cara menabungnya sangat unik dan saya baru pertama kali mengetahui. Jadi, ya sangat berkesan bagi saya. Akhirnya saya pun mencoba.
Emak-emak tersebut berniat menabung untuk biaya sekolah anaknya nanti serta untuk biaya renovasi rumah. Setiap ada rezeki, maka uang-uang tersebut dimasukkan ke dalam sedotan. Caranya sedotan dipotong-potong sekitar 5 cm. Kemudian gulung uang yang mau ditabung dan masukkan ke dalam lubang sedotan. Setelah berhasil, tinggal di pindahkan ke tempat tabungan utama misalnya kotak atau botol.
Kalau ingin mencoba menabung dengan cara ini, sebaiknya menggunakan uang nominal besar misalnya Rp 50.000 atau Rp 100.000 saja sehingga lebih gampang menyimpannya. Sebab, satu potongan sedotan hanya bisa untuk satu lembar uang saja. Kalau menyimpan uang pecahan seribuan, lima ribuan tentu sedikit ribet. Jika punya uang kecil sebaiknya ditukar dulu menjadi uang Rp 50.000 baru ditabung pakai sedotan.
10. Menabung di dalam ruas bambu
Seingat saya, waktu saya kecil pernah melihat tabungan yang terbuat dari bambu. Masih segar di memori saya, ada bambu kering dengan panjang sekitar 30 cm-50 cm yang dilubangi bagian atasnya. Lubang ini berfungsi untuk tempat memasukkan uang. Biasanya sih menabung recehan atau uang logam seperti pecahan Rp 500 dan Rp 1.000 disini.
Kalau sudah penuh dan mau dibongkar, tinggal ambil parang kemudian membelah bambu tersebut. Menabung menggunakan bambu ini dipakai pada zaman dahulu sebab bambu mudah didapat dan gratis. Kalau celengan berbentuk ayam tentu harus dibeli dulu dan membutuhkan uang. Kalau bambu tinggal ambil di ladang atau kebun.
***
Demikianlah cara menabung unik yang beberapa diantaranya pernah saya coba. Beberapa lagi merupakan pengalaman saudara dan orang lain yang saya lihat sejauh ini. Pastinya masih banyak cara lain yang tidak kalah uniknya. Belum lama ini saya membaca sebuah berita viral yang menginformasikan seseorang menabung di dalam kulkas. Tak sekedar unik, cara tersebut bahkan aneh dan nyeleneh. Umumnya sih orang menabung kalau tidak di bank atau di celengan.
Ada juga yang menyimpan tabungan di dalam lemari pakaian atau menggunakan brankas khusus untuk penyimpanan uang maupun benda berharga lainnya. Terakhir, cara menabung unik bagi setiap orang mungkin berbeda. Masing-masing punya pandangan sendiri. Nah, jika teman-teman punya pengalaman cara menabung unik berbeda yuk sharing disini. Jangan ragu meninggalkan pesan di kolom komentar. []