Memang, kalau berhasil belanja hemat memiliki banyak keuntungan. Sisa uang tersebut bisa dialokasikan untuk keperluan lain seperti menabung, membayar hutang, angsuran kredit atau untuk disedekahkan pada sesama. Tak heran, bila siapapun pasti menginginkan belanja dengan harga paling rendah termasuk aku, kamu dan mereka.
Mayoritas konsumen memang mengedepankan dan memusatkan perhatian pada persoalan harga atau berapa rupiah kocek yang akan dirogoh untuk mendapatkan sebuah barang. Sebagaimana yang telah disinggung di awal kalau itu merupakan naluri alami yang tidak dapat dipungkiri serta hasil dari perwujudan prinsip ekonomi.
Hanya saja belanja online murah tidak selalu mendatangkan keuntungan tapi juga kerugian. Sebagai konsumen, kita dituntut berpikir lebih bijaksana agar tidak mendatangkan malapetaka. Sayangnya saya dulu tidak sadar akan nasehat tersebut. Saya begitu terobsesi dengan barang murah. Belajar dari kesalahan saya, berikut beberapa catatan dan pelajaran yang ingin saya bagikan kepada teman-teman :
1. Membuat saya jadi boros dan mubazir
Saking fokus pada harga, justru saya jatuh pada konsumerisme, tidak efisien dan efektif. Contohnya, ketika saya memutuskan membeli piyama dan setelan baju bayi murah meriah, ternyata kualitas bahan yang digunakan tidaklah sesuai harapan. Baru dipakai beberapa kali sudah pudar, luntur dan sablon lengket sehingga motif menjadi rusak. Dalam waktu singkat, baju baru pun berubah seperti baju second.
Sebagai orang tua, saya tentu tidak terima anak saya memakai pakaian yang seperti itu. Akhirnya, saya kembali mengeluarkan alokasi buat beli pakaian anak. Ya, belanja lagi. Baju yang tadi cuma dipakai beberapa kali kemudian tidak terpakai alias digudangkan. Disinilah letak kerugiannya.
Celakanya lagi, bahkan saya dirundung raya menyesal dan selalu bertanya : " mengapa saya tidak membeli barang X saja kemaren yang sudah jelas berkualitas standar padahal cuma selisih harga beberapa ribu saja dengan si barang murmer. " Saya mengalami dampak psikologis, merasa bersalah dan diliputi penyesalahan terus menerus. Merasa bersalah karena seperti membuang-buang uang padahal keuangan keluarga terbatas. Merasa tidak becus sebagai manajer keuangan rumah tangga. He.
Selain kerugian uang, juga ada kerugian dari segi waktu. Saya tipikal yang kalau mau online shopping pasti suka lihat dulu sana sini. Menghabiskan waktu untuk membandingkan satu produk dengan produk lain. Kadang sampai lupa waktu. Tengah malam atau subuh pun saya lihat toko online padahal banyak pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan.
Nah, kesalahan saya dulu adalah jika memang saya menginginkan yang terbaik mengapa tidak langsung beli yang kualitas baik saja di awal? Tidak perlu juga yang mahal-mahal minimal kualitasnya bagus. Hanya perlu sekali mengeluarkan uang. Tidak perlu boros membeli berkali-kali dan mubazir. Justru karena dana buat belanja terbatas harus mencari barang berkualitas agar uang yang dikeluarkan tidak sia-sia.
Sebagai konsumen digital yang tidak melihat, mencicipi dan memegang fisik produk secara langsung, kita harus hati-hati karena umumnya berdasarkan pengalaman saya harga murah atau murmer malah berkorelasi tinggi dengan tingkat tidak menjamin kepuasan belanja. Maksudnya, tindakan berebut dan tergiur dengan harga murah meriah hasilnya cenderung sering tidak sesuai dengan espektasi alias mengecewakan.
Bukan rahasia lagi kalau membeli barang termurah sangat jauh dari kesan kualitas bagus sebagaimana ungkapan " ada rupa, ada harga", yang mana menurut KBBI maknanya adalah harga barang ditentukan oleh keadaan barang. Ya, merogoh kocek sekecil mungkin agar mendapatkan produk bagus menurut saya identik dengan angan-angan atau jika pun menjadi kenyataan palingan karena bantuan dari yang namanya diskon, voucher atau undian.
Lumrah, pedagang menjual produk jauh lebih rendah karena memang bahan pembuatan produk yang juga murah dan tidak berkelas. Sebaliknya, untuk membuat sebuah produk yang berkualitas maka pabrik membutuhkan biaya yang lebih besar sehingga berdampak pada harga penjualan. Inilah mengapa produk yang kualitasnya bagus harganya juga naik. Sebanding dengan biaya produksi.
3. Belanja tanpa berpikir analisis
Beberapa tahun lalu, saat berstatus pendatang baru dalam dunia jual beli online, saya seperti konsumen yang tidak begitu berpikir panjang. Asal beli, tanpa pertimbangan mendalam. Ketika menemukan barang dengan harga paling rendah, langsung ambil barang tersebut takut keduluan orang lain dan kehabisan stok.
Sebagaimana yang saya singgung tadi, saya berasal dari keluarga dengan keuangan biasa. Dengan belanja sehemat mungkin maka saya berharap bisa menabung lebih banyak untuk masa depan. Makanya dulu saya juga lebih suka mencari produk murah meriah. Alasan lainnya keinginan gonta ganti model fashion. Misalnya, alokasi beli sepatu Rp.200.000. Saya lebih memilih membeli 6 pasang sepatu seharga Rp.35.000. Maksudnya supaya punya banyak koleksi.
Faktanya, meskipun saya mendapat manfaat bisa punya koleksi sepatu dan bisa gonta ganti model tetapi semuanya tidak ada yang tahan lama. Hanya beberapa bulan saja kemudian pada rusak.
" Jangan heran bila mayoritas produk murah meriah cepat rusak, pudar, mudah robek dan tidak berumur panjang. Alhasil harus mengeluarkan uang lagi untuk membeli yang baru. Jika dihitung-hitung, akhirnya sama saja dengan mengeluarkan uang untuk membeli produk yang memenuhi kualitas standar dengan harga beda tipis. Standar ya maksud saya, bukan branded atau pun mewah."
Bagi saya sendiri, tidak punya hasrat membeli mahal dan mewah seperti orang kaya yang suka mengeloleksi barang branded. Sekarang filosofi utama saya adalah produk berfungsi dengan baik, layak dipakai dan harga terjangkau, itu sudah cukup. Barang standar mungkin hanya selisih beberapa ribu dengan produk dengan harga paling murah tadi tapi barangnya dapat dipakai berbulan-bulan bahkan bertahun.
Kesalahan saya, mengapa tidak dari dulu saja saya membeli produk yang lebih berkualitas. Biarlah koleksi sedikit dan jarang belanja namun bagus. Dalam kasus budget sepatu tadi, mengapa tidak saya beli 1 sepatu saja seharga Rp.200.000 tapi bisa dipakai lama. Daripada punya 6 sepatu baru harga murah tapi berumur pendek.
4. Mengira original ternyata palsu
Kesalahan saya berikutnya adalah tergiur membeli barang bermerek tertentu dengan harga yang sangat murah. Tindakan saya memang sangat disayangkan sekali. Kejadian ini sekitar 3 tahun lalu. Saya bisanya membeli madu dengan merek A dan sejauh itu bagus. Kemudian, saya melihat madu merek A yang dijual jauh lebih murah dibanding yang biasa saya beli.
Saya pun menjadi senang dan merasa beruntung karena mendapat harga dibawah normal. Saking bahagianya saya malah menceritakan pada kenalan dan saudara-saudara saya kalau harga barang A,B,C di toko online X sangatlah rendah dari yang lain. Selisih 30-50 ribu per kg dari toko madu langganan saya yang lama.
Namun, rasa bahagia itu lenyap tatkala madu murah online murah yang saya beli itu ternyata sangat berbeda dengan madu yang saya beli biasanya padahal mereknya sama. Hal ini terungkap ketika saya mengundang seorang ibu tukang pijat ke rumah dan melihat madu tersebut yang masih dalam botol. Dia bilang mengenal berbagai jenis madu serta bisa membedakan mana madu asli dan madu palsu alias campuran.
Namun, rasa bahagia itu lenyap tatkala madu murah online murah yang saya beli itu ternyata sangat berbeda dengan madu yang saya beli biasanya padahal mereknya sama. Hal ini terungkap ketika saya mengundang seorang ibu tukang pijat ke rumah dan melihat madu tersebut yang masih dalam botol. Dia bilang mengenal berbagai jenis madu serta bisa membedakan mana madu asli dan madu palsu alias campuran.
Tahu gak? Saya benar-benar syok, ternyata madu murah tersebut katanya bukanlah madu murni melainkan madu yang dicampur dengan gula merah. Sang ibu mengatakan kalau rasanya tidak sekental madu original serta terdapat sisa-sisa bahan tidak jelas menempel di bagian bawah botol, seperti ampas begitu.
Sekonyong konyong, muncul rasa menyesal karena telah menghabiskan uang untuk sebuah kualitas palsu. Terpaksa gigit jari dan menunggu membeli madu lagi kalau sudah punya budget. Rasanya saya begitu bodoh saat itu, seperti bocah yang begitu mudah terimingi dengan harga yang murah sekali.
Sekonyong konyong, muncul rasa menyesal karena telah menghabiskan uang untuk sebuah kualitas palsu. Terpaksa gigit jari dan menunggu membeli madu lagi kalau sudah punya budget. Rasanya saya begitu bodoh saat itu, seperti bocah yang begitu mudah terimingi dengan harga yang murah sekali.
Pantesan setelah hampir habis satu botol tidak terasa khasiat apa-apa. Satu hal yang membuat saya heran adalah pada botol madu terdapat segel yang utuh. Nah, bagaimana cara mereka mengerjakannya? Wallahu 'alam bishawab. Terus, toko tersebut memiliki banyak pembeli. Dengan kata lain, madu tersebut sudah terjual puluhan botol.
Pesan dan pelajaran dari kecerobohan saya, jika teman-teman menemukan barang bermerek sama tapi yang satu dijual sangat murah sekali dibawah harga pasaran, maka sebaiknya berpikirlah dua kali sebelum membeli. Teliti dulu. Ada dua kemungkinan yaitu bisa jadi barang palsu, tiruan/KW atau tidak original. Atau memang asli tapi sedang ada promo besar.
5. Penasaran hingga mengabaikan rating produk
Saya sering menemukan produk harga miring tapi fotonya sangat bagus. Oleh karena foto produk menarik saya pun menjadi tertarik. Penasaran ingin mencoba membeli meskipun saya sudah mengetahui kalau rating produknya cuma 4.6 atau 4.7 dari skala 5.0. Hasilnya, saya juga kecewa. Inilah kesalahan yang sering merugikan saya.
Padahal faktanya, review dari mereka yang sudah pernah membeli merupakan sebuah pertimbangan yang tidak boleh saya abaikan. Mereka sudah memegang dan melihat produk secara langsung. Jika penilaian mereka rendah, berarti ada sesuatu yang kurang di produk atau toko tersebut.
***
Menurut saya, boleh dan sah saja jika setiap kita berharap belanja online murah di situs toko online terpercaya, terbaik dan resmi seperti Bukalapak, Lazada, Blanja, Shopee, Blibli, Elevenia dan lainnya tapi harga yang rendah tersebut harus dilakukan riset kecil supaya dibarengi dengan kualitas yang baik dan standar.
Kata orang, mahal juga belum tentu berkualitas. Tidak semua yang murah itu murahan. Mungkin juga ada benarnya. Oleh karena itu, saatnya beralih fokus dari murah saja menjadi murah tapi kualitas tidak murahan. Dalam hal ini dibutuhkan kejelian dan strategi tertentu.
Walau saya pernah gagal belanja murah meriah tapi hingga sekarang saya masih berburu produk dengan harga miring. Tidak kapok. Namun, saya sudah belajar dari kesalahan saya di atas.
Misalnya, mau beli setelan baju anak. Saya tetap menggunakan fitur filter harga terendah ke tinggi. Trik saya yaitu mencari baju anak penjualan terbanyak, harga paling rendah dan rating produknya minimal 4.8 dari skala 5.0 tapi kalau bisa 4.9 dari skala 5.0. Mengapa? umumnya toko dengan penjualan terbanyak adalah produsen. Penjahit langsung makanya harga lebih rendah. Sementara itu, rating 4.9 menandakan kalau kualitasnya baik.
Dengan cara ini saya bisa belanja online murah sesuai harapan, jauh dari penyesalan dan tidak lagi melakukan kesalahan. Itu salah satu trik saya. Oya, saya juga menulis trik, tips dan strategi belanja murah lainnya di postingan berbeda. Bagaimana supaya mendapatkan produk bagus dengan harga mentereng.