Selama ini saya kurang memperhatikan secara serius detail biaya yang dikeluarkan setiap bulan untuk urusan listrik. Setahun belakangan suami yang selalu mengurus token listrik yang sudah habis. Setelah mendalami bagaimana mengelola keuangan rumah tangga, saya mulai tertarik mengkaji hal tersebut. Menurut hemat saya, pengeluaran tersebut tergolong besar dan pasti masih bisa dikurangi.
Kadang-kadang kami mengeluarkan uang Rp.200.000 dalam sebulan padahal pemakaian tidak begitu banyak. Hanya sanyo air, kulkas, mesin cuci, TV, kipas angin, penanak nasi, blender, charger laptop & HP dan lampu. Saya pikir mungkin ada yang salah atau kurang pas. Benar saja, setelah saya pikirkan berkali-kali dan teliti, ternyata ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Berikut ini langkah yang saya lakukan agar bisa menghemat biaya listrik :
1. Membuat alokasi bulanan yang jelas dan pas
Hal pertama yang saya soroti adalah tidak teraturnya atau kacaunya jumlah biaya untuk listrik. Tidak pernah dihitung atau ditetapkan. Bila habis, isi ulang begitu saja tanpa mengenal trik tertentu. Menjalani apa adanya, seperti air yang mengalir. Setelah saya perhatikan secara seksama dalam beberapa bulan terakhir, maka saya pahami rata-rata pemakaian kami hanya Rp. 150.000.
Oleh karena itu, mulai bulan November 2020 kemaren alokasi biaya listrik ditetapkan sejumlah di atas. Agar keuangan tertata atau terkelola dengan baik, maka alokasi listrik tersebut kemudian saya keluarkan setiap tanggal 1. Setelah gajian, langsung dipisahkan. Selama ini konsep kami, biarkan habis dulu baru dipikirkan kemudian dan beli dalam nominal rendah saja supaya tidak banyak pengeluaran.
Hal yang terjadi malah sebaliknya, mengangsur beli token sedikit-sedikit terkesan ringan tapi sebenarnya malah makin merugikan. Disamping itu, saya sering kesal karena beberapa kali menjumpai pulsa listrik sering habis tengah malam. Inilah resiko kalau beli token sedikit-sedikit. Cepat habis dan harus beli lagi. Pernah tidak ada lilin dan lampu LED cas sehingga kami hanya mengandalkan senter HP sampai pagi.
Dengan belanja token langsung 1 kali sebulan sesuai dengan perkiraan kebutuhan bulanan, kami juga memiliki stok listrik yang cukup hingga bulan berikutnya. Tidak pernah lagi merasakan listrik mati tengah malam kecuali pemadaman bergilir dari pihak PLN. Berkat cara ini anggaran pengeluaran rumah tangga juga menjadi rapi dan disiplin. Kami tidak perlu pusing lagi memikirkan biaya listrik setiap kali token berbunyi karena budget sudah dikeluarkan terlebih dahulu di awal bulan. Begitu juga tidak perlu menggunakan layanan hutang token listrik online.
BACA JUGA : Untung Rugi Beli Token Listrik Sekarang Tapi Bayar Nanti
2. Memangkas biaya admin dengan 1 kali transaksi
Dengan menetapkan alokasi perbulan, cara membeli token listrik pulsa kami pun berubah. Jika sebelumnya, dalam sebulan bisa 2-3 kali mengisi, maka sekarang saya beli listrik 1 kali sebulan saja. Sekilas mungkin tidak terlihat sesuatu yang berbeda atau biasa saja tetapi sebenarnya bisa lebih hemat dan murah. Mengapa?
Semakin sering membeli dalam sebulan maka semakin bertambah banyak beban biaya administrasi yang dikeluarkan. Misalnya, kami pernah mengisi 3 x dalam 1 bulan sebesar Rp.100.000 ditambah Rp 50.000 dan Rp 25.000. Setiap transaksi pembelian token biasanya dikenakan harga lebih tinggi sekitar Rp.2.500. Mirip dengan beli pulsa biasa. Beli token Rp.100.000 maka harganya menjadi Rp. 102.500. Beli Rp.50.000, harganya Rp52.500. Begitu juga, beli Rp 25.000 bayar Rp 27.500.
Kalau dikalkulasikan, dalam 3 transaksi pembelian saya tadi, saya mengeluarkan 3 x Rp 2.500 = Rp.7.500. Ini kalau di penjual pulsa biasa. Kalau melalui ATM dan loket pembayaran tertentu kadang ada yang mencapai Rp 3.000- Rp 4.000/transaksi. Berbeda jika saya hanya mengisi listrik 1 kali dalam sebulan, artinya saya hanya perlu 1 kali saja membayar charge admin tersebut.
Mungkin teman-teman ada yang bilang hematnya cuma Rp 7.500-Rp 12.000 doang. Memang jumlah ini tidak seberapa tapi bagi seorang IRT bisa hemat sekecil apapun sangat berarti. Selisih tersebut bisa buat jajan anak atau beberapa ikat sayur mayur untuk dimasak. Agar token listrik makin hemat dan murah, saya padukan dengan trik di poin ke tiga dibawah ini.
3. Membeli secara online saat ada diskon dan cashback
Mungkin teman-teman ada yang bertanya beli token listrik yang murah itu dimana? Menurut saya ada di toko online. Dalam beberapa tahun terakhir, belum pernah menemukan ada pedagang pulsa token offline yang memberikan diskon atau promo. Harganya pasti selalu di atas jumlah nominal token. Namun, ketika membeli di e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak dan penjual pulsa online lainnya maka ada cashback serta diskon.
BACA JUGA : Pengalaman Beli Token Listrik Murah di Shopee
Kadang harganya dibawah normal, bisa beda Rp 2.500-7.500 pada hari-hari tertentu. Kalau saya bisa memangkas biaya admin yang dikeluarkan saat membeli listrik 3 kali dalam sebulan kemudian ditambah dengan diskon serta cashback tentu keuntungan makin besar. Makin murah dan hemat.
***
Nah, demikianlah pengalaman saya tentang cara menghemat biaya listrik ala ibu rumah tangga. Selain 3 cara di atas, kalau teman-teman mau lebih hemat lagi juga bisa dengan mengurangi pemakaian alat-alat listrik. Misalnya, rajin mematikan lampu kamar mandi yang selama ini dibiarkan menyala terus menerus. Memasak nasi satu kali sehari, setrika pada hari tertentu saja dan lainnya. Masih banyak yang bisa dikurangi dan diakali.